Back

Cranium’s Thoughts of Mind

Langkah dalam migrasi cloud

Dalam beberapa artikel sebelumnya, kita banyak berbicara tentang keunggulan dari cloud server. Perjalanan migrasi cloud dalam digital transformation perusahaan di setiap organisasi adalah unik. Dikarenakan perbedaan ekosistem dan arsitektur yang dikembangkan.

Cranium Indonesia sebagai software house, kami mengategorikan proses migrasi ke dalam tiga fase utama. Setiap fase menyediakan kerangka kerja tingkat tinggi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik organisasi Anda.

1. Penilaian
Semua migrasi cloud dimulai dengan memahami portofolio yang ada dalam ekosistem saat ini, termasuk aplikasi, beban kerja, dan data. Selama fase penilaian, langkah-langkah berikut diambil:

  • Identifikasi tujuan bisnis dan sasaran migrasi: Menentukan apa yang ingin dicapai melalui migrasi cloud.
  • Memahami persyaratan teknis dan kendala: Mengidentifikasi kebutuhan dan batasan aplikasi serta data.
  • Perkirakan biaya dan potensi penghematan: Menghitung biaya migrasi dan mengevaluasi penghematan yang mungkin diperoleh.
  • Prioritaskan aplikasi dan data: Menentukan urutan migrasi berdasarkan nilai bisnis dan kompleksitas teknis.

Fase penilaian sangat penting karena meletakkan dasar bagi migrasi cloud yang sukses. Penilaian menyeluruh membantu memahami keadaan saat ini dan menciptakan visi untuk masa depan di platform cloud pilihan Anda.

Kemampuan untuk menilai ini, akan membutuhkan banyak pihak terlibat, terutama DevOps serta bagian product owner. Ajak software developer kepercayaan Anda untuk membantu dalam proses ini, sehingga anda tidak kerja dua kali.

2. Memobilisasi
Fase mobilisasi adalah tentang menempatkan sumber daya, alat, dan proses yang diperlukan untuk melakukan migrasi cloud secara efektif dan efisien. Setelah menyelesaikan penilaian, langkah-langkah berikut diambil:

  • Membangun tim cloud inti: Menyusun tim yang terdiri dari arsitek cloud, pengembang, dan peran penting lainnya.
  • Kembangkan rencana migrasi komprehensif: Membuat jadwal, menetapkan milestone, dan menentukan target utama.
  • Siapkan lingkungan cloud: Mengonfigurasi lingkungan cloud dengan benar dan memastikan keamanannya.
  • Mulai migrasi aplikasi percontohan: Menguji strategi dan proses migrasi dengan aplikasi percontohan sebelum migrasi skala penuh.

Aplikasi percontohan memungkinkan pengujian strategi dan proses migrasi cloud untuk memastikan semuanya berfungsi seperti yang diharapkan sebelum migrasi skala penuh.

3. Bermigrasi dan Modernisasi

Migrasi aktual aplikasi, beban kerja, dan data terjadi pada fase ini. Langkah-langkah berikut diambil:

  • Gunakan pengetahuan dari migrasi pilot: Memanfaatkan pelajaran dari migrasi percontohan untuk migrasi skala besar.
  • Optimalkan arsitektur aplikasi: Memanfaatkan fitur dan layanan cloud untuk meningkatkan performa.
  • Pantau kinerja, keamanan, dan biaya: Mengawasi lingkungan cloud baru dan menyesuaikan seperlunya.
  • Terus meningkatkan dan berinovasi: Mengadopsi teknologi cloud baru untuk nilai maksimal.

Fase ini berkelanjutan karena perbaikan terus-menerus sangat penting untuk transformasi cloud yang sukses. Setelah bermigrasi, organisasi dapat mengoptimalkan dan berinovasi untuk mendapatkan nilai maksimal dari cloud.

Tantangan dalam Migrasi Cloud

Tanpa perencanaan yang tepat, migrasi cloud bisa menjadi proses yang memakan waktu dan mahal. Beberapa tantangan umum yang dihadapi adalah:

1. Kompleksitas Teknis

Kompleksitas teknis dalam sistem yang ada harus diidentifikasi dan dikelola dengan baik. Misalnya, beberapa aplikasi mungkin saling bergantung, dan memindahkan satu tanpa yang lain dapat mengganggu operasi. Sistem yang lebih tua mungkin tidak kompatibel dengan lingkungan cloud dan memerlukan refaktor atau pembangunan kembali yang signifikan.

2. Tantangan Skalabilitas

Memindahkan sejumlah besar aplikasi ke cloud membutuhkan perencanaan bertahap. Transfer volume data yang besar ke cloud bisa memakan waktu dengan bandwidth terbatas. Jika masalah muncul pascamigrasi, memutar kembali ke keadaan sebelumnya mungkin rumit dan memakan waktu. Beberapa migrasi yang saling bergantung mungkin memerlukan aplikasi offline sementara, yang dapat memengaruhi operasi bisnis.

3. Kesenjangan Keterampilan

Platform cloud mungkin asing bagi tim internal yang terbiasa dengan lingkungan TI tradisional. Karyawan mungkin ragu-ragu untuk mengadopsi cloud. Organisasi harus melatih staf yang ada atau merekrut talenta baru dengan keterampilan cloud yang diperlukan. Selain itu, budaya internal perlu diubah untuk membuat tim merangkul dan menggunakan alat serta proses migrasi cloud baru secara efektif.

Solusi Mengatasi Tantangan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, organisasi perlu:

  • Membangun tim yang kuat: Menyusun tim dengan keahlian yang tepat untuk menangani migrasi cloud.
  • Pelatihan dan Pengembangan: Menyediakan pelatihan untuk staf yang ada dan merekrut talenta baru dengan keterampilan cloud.
  • Perencanaan yang Matang: Mengembangkan rencana migrasi yang komprehensif dan mempertimbangkan semua faktor teknis dan operasional.
  • Uji Coba dan Evaluasi: Melakukan uji coba migrasi untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah sebelum migrasi skala penuh.

Migrasi cloud adalah langkah strategis yang dapat memberikan banyak manfaat bagi bisnis. Dengan persiapan dan perencanaan yang tepat, organisasi dapat mengatasi tantangan dan berhasil melakukan migrasi cloud untuk mencapai efisiensi operasional dan inovasi yang berkelanjutan.

Hubungi kami lebih lanjut terkait cloud service, Anda dapat mengunjungi Cranium Indonesia (cranium.id). Anda akan dapat berbicara langsung dengan tenaga ahli kami di website tersebut. Kami siap membantu Anda mengoptimalkan penggunaan teknologi cloud untuk melindungi data bisnis Anda dengan cara yang efisien dan efektif

4o


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *